Sabtu, 03 Maret 2012

seperti ini yang harus waspada buat kaum adam

Majikan Mujianto (24), pelaku pembunuhan berantai dalam kasus penyuka sesama jenis, Joko Suprianto di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, membantah pernyataan Mujianto yang menyebutnya mereka mempunyai hubungan spesial.

"Selama ini, hubungan sama dengan dia (Mujianto, red) adalah hubungan antara majikan dengan pembantu. Dia bekerja dengan saya sekitar dua tahun lalu," kata Joko saat ditemui di tempat dia mengajar, salah satu SMPN di Nganjuk, Jumat.



Joko mengakui tidak tega ketika melihat Mujianto yang meminta pekerjaan padanya, mengingat ia sebenarnya tidak membutuhkan tenaga kerja. Ia akhirnya menerima Mujianto, mempekerjakan sebagai pembantu dengan gaji Rp200 ribu sebulan.

Ia juga mengatakan, selama bekerja di tempatnya, Mujianto tidak menunjukkan perilaku yang aneh, termasuk menyukai sesama jenis. Selama ini, ia menilai, sikap Mujianto baik dan tidak ada perubahan dalam keseharian.

Ia mengatakan, pernah melihat Mujianto memanfaatkan fasilitas internet yang ada di rumah. Ia banyak menghubungi pria. Namun, setelah ia melihat dan menegurnya, Mujianto marah. "Saya pernah mengingatkan, tapi, dia marah dan langsung masuk ke dalam kamarnya dan ditutup," ucapnya.

Ia juga mengaku, tidak mengenal nama-nama korban yang pernah dilukai oleh Mujianto, termasuk empat korban yang meninggal dunia tersebut. Ia juga merasa tidak pernah memberikan nomor telepon kepada Mujianto. "Mujianto mengamnbil nomor itu dari internet. Saya juga tidak mengerti, kenapa kok saya juga dilibatkan dalam masalah ini," ucapnya.

Sementara itu, kepala sekolah tempat Joko mengajar, Edi Suprianto mengaku cukup terkejut dengan kejadian ini, terlebih lagi melibatkan salah satu guru di tempatnya. "Kami cukup terkejut dengan ini dan tidak percaya. Selama ini, ia adalah guru yang baik, anak-anak juga suka dengan sistemnya mengajar, serta orangnya disiplin," paparnya.

Ia juga mengaku, tidak terlalu mengetahui rumah tangga dari Pak Joko. Ia hanya mengetahui, jika Joko pernah menikah, namun sudah bercerai. Ia berharap, masalah yang saat ini sedang menimpa Joko tidak membuat aktivitasnya, maupun kegiatan belajar mengajar menjadi terganggu. Sampai saat ini, Joko juga masih mengajar di kelas tujuh dan delapan dengan mata pelajaran PPKn.

Kasus pembunuhan berantai terjadi di Nganjuk. Motif utama kasus ini, karena tersangka, Mujianto cemburu, pasangan prianya, Joko Supriato tidak lagi perhatian.

Polisi juga telah memeriksa kondisi psikologis dari tersangka dan dinyatakan jika keadaannya sehat. Bahkan, saat meracuni enam korbannya, tersangka dalam keadaan tidak tertekan. Ia juga ternyata tidak menyesal telah membunuh korbannya itu. Polisi sejauh ini masih menetapkan status Joko sebagai saksi. Joko disebut-sebut sebagai pasangan dari Mujianto. Mereka tidak ingin gegabah, dan tidak ingin salah menetapkan status.

Dalam pemeriksaan polisi, tersangka mengakui ada sebanyak 15 korban. Dari jumlah itu, enam di antaranya diketahui identitasnya, di mana empat meninggal dunia, dan dua lainnya bisa diselamatkan, sementara lainnya nasibnya belum diketahui.

Enam korban berasal dari sejumlah daerah, sebelumnya telah diundang datang ke Nganjuk. Mereka antara lain Ahyani (46), seorang PNS di BLK Pemprov Jatim, warga Kampung Tokelan, Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo, Romadhon (55) warga Desa/Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, Basori, warga Kabupaten Pacitan, serta Sudarno (42), warga Desa Sukowiyono, Kecamatan Padas, Kabupaten Ngawi, yang identitasnya baru diketahui. Sementara, dua lainnya yang selamat adalah Muhammad Fais (28) warga Desa Kejapanan, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan dan Anton S Sumartono (47) warga Desa Tegalan Pamularang, Kecamatan Lawean, Kabupaten Surakarta, Jawa Tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar