Majikan Mujianto (24), pelaku pembunuhan berantai dalam kasus penyuka
sesama jenis, Joko Suprianto di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, membantah
pernyataan Mujianto yang menyebutnya mereka mempunyai hubungan spesial.
"Selama
ini, hubungan sama dengan dia (Mujianto, red) adalah hubungan antara
majikan dengan pembantu. Dia bekerja dengan saya sekitar dua tahun
lalu," kata Joko saat ditemui di tempat dia mengajar, salah satu SMPN di
Nganjuk, Jumat.
Joko mengakui tidak tega ketika melihat Mujianto
yang meminta pekerjaan padanya, mengingat ia sebenarnya tidak
membutuhkan tenaga kerja. Ia akhirnya menerima Mujianto, mempekerjakan
sebagai pembantu dengan gaji Rp200 ribu sebulan.
Ia juga
mengatakan, selama bekerja di tempatnya, Mujianto tidak menunjukkan
perilaku yang aneh, termasuk menyukai sesama jenis. Selama ini, ia
menilai, sikap Mujianto baik dan tidak ada perubahan dalam keseharian.
Ia
mengatakan, pernah melihat Mujianto memanfaatkan fasilitas internet
yang ada di rumah. Ia banyak menghubungi pria. Namun, setelah ia melihat
dan menegurnya, Mujianto marah. "Saya pernah mengingatkan, tapi, dia
marah dan langsung masuk ke dalam kamarnya dan ditutup," ucapnya.
Ia
juga mengaku, tidak mengenal nama-nama korban yang pernah dilukai oleh
Mujianto, termasuk empat korban yang meninggal dunia tersebut. Ia juga
merasa tidak pernah memberikan nomor telepon kepada Mujianto. "Mujianto
mengamnbil nomor itu dari internet. Saya juga tidak mengerti, kenapa kok
saya juga dilibatkan dalam masalah ini," ucapnya.
Sementara itu,
kepala sekolah tempat Joko mengajar, Edi Suprianto mengaku cukup
terkejut dengan kejadian ini, terlebih lagi melibatkan salah satu guru
di tempatnya. "Kami cukup terkejut dengan ini dan tidak percaya. Selama
ini, ia adalah guru yang baik, anak-anak juga suka dengan sistemnya
mengajar, serta orangnya disiplin," paparnya.
Ia juga mengaku,
tidak terlalu mengetahui rumah tangga dari Pak Joko. Ia hanya
mengetahui, jika Joko pernah menikah, namun sudah bercerai. Ia berharap,
masalah yang saat ini sedang menimpa Joko tidak membuat aktivitasnya,
maupun kegiatan belajar mengajar menjadi terganggu. Sampai saat ini,
Joko juga masih mengajar di kelas tujuh dan delapan dengan mata
pelajaran PPKn.
Kasus pembunuhan berantai terjadi di Nganjuk.
Motif utama kasus ini, karena tersangka, Mujianto cemburu, pasangan
prianya, Joko Supriato tidak lagi perhatian.
Polisi juga telah
memeriksa kondisi psikologis dari tersangka dan dinyatakan jika
keadaannya sehat. Bahkan, saat meracuni enam korbannya, tersangka dalam
keadaan tidak tertekan. Ia juga ternyata tidak menyesal telah membunuh
korbannya itu. Polisi sejauh ini masih menetapkan status Joko sebagai
saksi. Joko disebut-sebut sebagai pasangan dari Mujianto. Mereka tidak
ingin gegabah, dan tidak ingin salah menetapkan status.
Dalam
pemeriksaan polisi, tersangka mengakui ada sebanyak 15 korban. Dari
jumlah itu, enam di antaranya diketahui identitasnya, di mana empat
meninggal dunia, dan dua lainnya bisa diselamatkan, sementara lainnya
nasibnya belum diketahui.
Enam korban berasal dari sejumlah
daerah, sebelumnya telah diundang datang ke Nganjuk. Mereka antara lain
Ahyani (46), seorang PNS di BLK Pemprov Jatim, warga Kampung Tokelan,
Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo, Romadhon (55) warga Desa/Kecamatan
Widodaren, Kabupaten Ngawi, Basori, warga Kabupaten Pacitan, serta
Sudarno (42), warga Desa Sukowiyono, Kecamatan Padas, Kabupaten Ngawi,
yang identitasnya baru diketahui. Sementara, dua lainnya yang selamat
adalah Muhammad Fais (28) warga Desa Kejapanan, Kecamatan Gempol,
Kabupaten Pasuruan dan Anton S Sumartono (47) warga Desa Tegalan
Pamularang, Kecamatan Lawean, Kabupaten Surakarta, Jawa Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar